Rutanperempuansurabaya.id – Kita dapat menanggulangi fenomena Feminisida yang merugikan dan menekan angka kematian ibu dan bayi di seluruh Indonesia.
Dalam sebuah tragedi yang mencerminkan betapa dalamnya masalah akses kesehatan di Indonesia, kembali publik dikejutkan oleh kematian seorang ibu dan bayinya di Papua. Peristiwa ini terjadi setelah ibu tersebut ditolak oleh empat rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang diperlukan. Kasus ini menuai kecaman dari berbagai kalangan, termasuk organisasi feminis Jakarta Feminist, yang menyebut insiden ini sebagai bentuk femisida yang seharusnya mendapatkan perhatian serius dari pemerintah.
BACA JUGA : Cakrawala Inline Skate: Energi Baru Dunia Sepatu Roda Jogja
Ketidakadilan dalam Akses Kesehatan
Kematian ibu yang seharusnya mendapatkan perawatan medis segera mencerminkan ketidakadilan yang mencolok dalam akses kesehatan di daerah-daerah terpencil. Di Papua, infrastruktur kesehatan masih sangat kurang, dan tidak jarang warga yang membutuhkan bantuan medis terpaksa menempuh jarak jauh hanya untuk mendapatkan perawatan yang layak. Penolakan yang dialami oleh ibu ini adalah pengingat nyata bahwa akses terhadap kesehatan merupakan hak dasar yang harus dipenuhi, bukan sekadar privilese.
Feminisida dalam Konteks Kesehatan
Jakarta Feminist menegaskan bahwa kematian ibu dan bayinya bukan hanya sebuah kasus individual, melainkan suatu bentuk Feminisida yang sistemik. Feminisida tidak hanya terkait dengan kekerasan fisik tetapi juga dapat terjadi melalui pengabaian dan diskriminasi yang mengarah pada hilangnya nyawa perempuan, terutama dalam konteks kesehatan reproduksi. Penolakan empat rumah sakit tersebut menunjukkan bahwa perempuan sering kali diabaikan dalam sistem kesehatan yang seharusnya melindungi mereka.
Sistem Kesehatan yang Buruk
Situasi yang terjadi di Papua menggambarkan kondisi darurat dalam bidang kesehatan. Banyak rumah sakit tidak dilengkapi dengan fasilitas yang memadai dan tidak memiliki staf medis yang cukup terlatih. Sebagai hasilnya, pasien-pasien, terutama perempuan yang sedang hamil, sering kali menjadi korban dari batasan sistem yang seharusnya melayani mereka. Bukan hanya transportasi, tetapi juga perhatian dan sumber daya yang seharusnya ada bagi mereka yang membutuhkan perawatan intensif.
Pentingnya Kesadaran dan Pendidikan
Menanggapi tragedi ini, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hak-hak kesehatan reproduksi perempuan. Pendidikan kesehatan yang memadai dapat membantu mengurangi stigma dan meningkatkan pengetahuan tentang kapan harus mencari bantuan medis. Kaum perempuan perlu diberdayakan untuk memahami hak-hak mereka dan mendapatkan akses cepat ke layanan kesehatan tanpa diskriminasi. Melalui pendidikan, diharapkan perempuan lebih peka terhadap kesehatan mereka sendiri dan merasa diberdayakan untuk mencari bantuan yang dibutuhkan.
Peran Pemerintah dan Kebijakan Publik
Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa semua warga negara, khususnya perempuan, mendapatkan akses yang layak terhadap layanan kesehatan. Kebijakan publik yang lebih inklusif dan berorientasi pada keadilan gender sangat diperlukan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa. Hal ini termasuk penguatan infrastruktur kesehatan di daerah terpencil, pelatihan tenaga medis, serta penyediaan fasilitas yang memadai bagi ibu dan anak.
Melawan Femisida Melalui Aksi Kolektif
Tragedi kematian ibu dan bayinya di Papua menunjukkan perlunya tindakan kolektif dari masyarakat untuk menuntut perubahan. Berbagai organisasi, termasuk Jakarta Feminist, perlu bersatu untuk mengadvokasi hak-hak kesehatan perempuan dan mendorong tindakan konkret dari pemerintah. Hanya dengan kesadaran bersama dan aksi yang terkoordinasi, kita dapat menanggulangi fenomena femisida yang merugikan dan menekan angka kematian ibu dan bayi di seluruh Indonesia.
Kesimpulan dari tragedi ini bukan hanya tentang kesedihan atas kehilangan nyawa, tetapi sebuah panggilan untuk bertindak. Perlunya perubahan dalam sistem kesehatan dan pengakuan terhadap hak-hak perempuan dalam aspek kesehatan reproduksi adalah hal yang mendesak. Kita harus bersama-sama berjuang untuk memastikan bahwa setiap perempuan, tanpa terkecuali, mendapatkan akses yang setara dan layak terhadap pelayanan medis yang berkesinambungan dan berkualitas. Tanpa tindakan nyata, kita hanya akan menyaksikan lebih banyak lagi tragedi yang serupa di masa depan.
